Hii…mampir sejenak disini, salam 🙂
Surat Suratmu
Kubaca kembali surat suratmu
yang telah lama tertumpuk lusuh
Diatas lemari kayu
yang usang tak terbasuh
Kala kubaca surat cintamu
bibirku tersenyum malu malu
Namun kala kubaca surat marahmu
mataku terpejam haru
Kubaca semua kisah kisah
Akupun takjub dan pilu
Menerjemah setiap kata
yang buatku diam; kelu
Kau tuliskan saat kita jauh
Bukan kau yang menjauh
namun aku yang tak pernah tahu
Bahwa kau selalu dekat denganku.
Dan saat aku merasa dekat
Kenapa kau terasa tak dekat?
Apa karena kau sudah tahu?
bahwa banyak yang kumau darimu.
Kubaca dan kutelaah kembali
Semua surat yang tertulis merinai
Kisahkanku yang bersembunyi
dibalik namamu selama ini
Dari bisik yang berdawai
secara tampak atau tersembunyi.
Ramadhanku sungguh berwarna
dan sangat penuh suka duka
Rasaku padamu bertambah
kala kubaca surat suratmu semua.
Kini, setelah semuanya menempa
Maafkan aku; yang sering salah.
Rakus
Lapar ya lapar
Itulah yang kurasa
Takut dan gusar
Itu pulalah yang kurasa
Sudah seperti ular
Tapi aku lebih dari itu rasanya
Kini, ular itu kenyang
Dan aku lebih dari itu
Ia tidur dengan tenang
Tapi tidak dengan aku
Tubuhnya mengembang
Namun meledak otakku
Maaf
Meta
Mulai menulis kata
yang telah lama rata
dibawah pemikiran buta
dan nistanya realita
Mulai membaca kata
didinding para sosialita
Sungguh buram mata
dan logika tersita
Mulailah berani berkata
dengan diri kita
Hiduplah sesuai berita
dari Sang Maha Pencipta.
Candumu
Mengenangmu adalah candu
Secandu kumbang mencari madu
Tak termakan
Hanya terkumpulkan
Manis
Ya manis sekali
Andai ragamu masih bernyawa
35 tahun usianya
Dan aku kan memeluknya.
Kutang
Menarik
meski belum terpakai
Dan bila telah terpakai
Semakin menarik
Ya sangat menawan
dalam bayangan
Terasa nyaman
meski dalam angan
Semakin lama diguna
buat mereka sadar
Ia membikin gusar
Nafsu dan payudara
Terlihat indah diawal pakai
Menonjol mengekang lalu menekan
Akhirnya; menunggu kapan usai
Sebuah perjamuan setan.
Kutang (aku hutang)
Ta.iK
Lebih baik jongkok
menghayati leganya
Daripada harus duduk
Lalu berhajat sambil kerja
Ada yang sembari teriak
Ada yang diam saja
Ada yang mengantuk
Ada yang pura pura ta merasa
Namun semua sama
sama sama menunggu taik
yang aromanya busuk
Sebusuk janjinya
Berak
Ya. Begitu istilahnya
Kesaktian Bola
Bola tak punya hati
namun bisa buatmu sakit hati
Bola tak punya mata
namun bisa buatmu buta
Bola tak punya kaki
namun bisa buatmu saling caci
Bola tak punya mulut
namun bisa buatmu saling sikut
Dan bola tak punya tangan
namun bisa buatmu mati bergelimpangan.
Lebih baik bola ditangkap
daripada buat dunia semakin gelap
Lebih baik bola itu ditendang
daripada membuat nyawa hilang.
Lebih baik bola berhenti
daripada fanatisme membuatmu mati.
Tak Berakhir
Aku tercipta dari air
Hidup dengan udara membaur
Lalu dalam tanah, melebur.
Berakhir
Kau bendungku
Ku tetap kan mengalir
Meresap dalam ingatmu
yang kikir
Kau tangkap aku
Kukan tetap hidup
Meski mati jasadku
Namun kataku kan meletup
Kau injak aku
Ku tetap jadi diriku
Takkan pernah berubah
Meski kau buatku punah.
Kata Orang
Ternyata jadi orang
Dihadapan orang
Tidaklah segampang
Pencipta orang
Membuat orang
dari mani jadi orang
Kamuflase
Biar saja;
Aku dibenci,
dihina,
dan dicaci maki.
Daripada
seakan peduli
lalu pura pura
Baik hati
Aku, biarlah
jadi dedaunan sampah
yang terbuang sia sia,
dimata mereka.
Namun terolah
oleh waktu dan tanah
Aku! ada untukmu
Bila kau tanya padaku
Dimana Aku selama ini?
Aku ada dekatmu.
Maka jangan kau ragu
Bila harus mendekat,
Aku telah maafkanmu
Jangan kau bersedih
Ada Aku disini
Aku! ada disini
Aku selalu sayang padamu
Takkan pernah tinggalkan kamu
Selama kau simpan namaKu
didalam hatimu.
Aku ada untukmu
Belum Insaf
Rumit diungkap
Aku tertangkap
Dalam ruang engap
Dan otak mulai gagap
Raga tertidur
Jiwa membaur
Dalam desah kasur
Nafsu melebur
Mencoba bangkit
Merasa sakit
Nalarku tergigit
Kata kata sulit
Tuhan
Aku masih rentan
Dalam kemunafikan
Dan kebodohan
Maaf
Atas semua paragraf
Yang kutulis dengan khilaf
Dan belum insaf
Dipaksa Redup
Licin jalanmu hari ini, mahasiswa
Seakan dilumuri oleh jelantah
yang ditimbun lalu tumpah
Tetap teriak dan lantangkan
Suaramu yang jadi perwakilan
Rakyat yang dibohongi para dewan.
Pukul mereka dengan ucapan
Bungkam dengan persatuan
Lalu ungkap dan buktikan
Kekejaman yang disisipkan.
Teruslah membaca
Lalu buka jendela dunia
Tentang mereka yang suka bercerita
mengenaimu dengan penuh dusta
Teruslah hidup
Perlawanan yang dipaksa redup
Oleh mereka yang semakin korup.
MANUSIA?
Kita ini manusia
Berbeda warna
dan bentuknya,
Langsat ada
Cerah ada
Gelapun ada,
Besar ada
Kecil ada
Tinggi pendekpun ada,
Namun semua
tetaplah sama
disebut manusia
Manusia biasa
Manusia istimewa
Manusia kaya
Manusia sederhana
Hanyalah dimata
sesama manusia
Seperti halnya karya
dari lensa kamera
yang dinilai tak sama
Oleh beragam retina,
Namun berbeda
Bagi penciptanya
yang menilainya sempurna
dari tajam rekam cahayanya,
Sebagaimana taqwa
pada diri manusia
Manusia lupa
bahwa ia lupa
pada nafsunya
yang tumbuh bersama,
Semenjak balita
hingga menua
Sampai mati tiba
Kita ini manusia
Tidak Sama
Mendidik Angin
"Kerjakan sebisanya nak
Jangan kau mencontek"
Kata lelaki yang duduk
dan matanya menguak
kode kode dalam gerak
Lelaki tadi duduk kembali
Diruang data berisi nilai
Tegas terdengar ucap
"Nilai hancur buat engap"
Lalu kepala menyalahkan tangan
Tangan ke kaki beri tekanan
Tubuh kita harus bernilai
dimata sang tirani
Kita dikenal hebat terhormat
Jangan karena nilai, turun derajat.
Terus kaki dipaksa menopang
Berat, Hancur dan Tumbang.
Lelaki tadi masih duduk
Oleh keadaan terkutuk
Biarlah katanya
Takkan kubiarkan mereka
Jadi tirani lagi
Di negri ini nanti.
Celoteh Murid
Selamat hari guru,
yang katanya digugu dan ditiru,
namun kerjanya seakan diburu,
oleh laporan dan waktu.
Selamat hari guru,
yang dirayakan sekali waktu,
diantara tugas yang haru biru.
demi masa depan dan ilmu.
Selamat hari guru,
semoga karyamu
tak hanya jadi cerita bisu,
dikalangan mereka yang sok tahu.
Muhammad Nabina
Kala alam semesta meringkuk
Menyambut hadirmu
Tanah, air serta udara tunduk
Bershalawat untukmu
Ya Habiby Ya Muhammad
Adakah kata yang bisa mengungkap
Indahnya namamu
Ya Habiby Ya Muhammad
Adakah cahaya gemerlap
yang tak redup dihadapanmu
Ya Sayyidi Ya Muhammad
Sungguh namamu menghapus gelap
Menembus qolbu
Ya Allah Ya Rabb
Meski mata ini
tak pernah melihatnya
Dan hidung ini
Belum menghirup wanginya
Izinkan mulut ini
Tuk bersholawat padanya
Allahumma sholli ala habibina wa sayyidina Muhammad
Berlomba
Meski pandemi, agustus tahun ini tetap meriah tak sunyi.
Bukan hanya rakyat yang berlomba memasukkan vaksin dalam tubuh, namun juga ada pejabat yang berlomba foto selfie didepan buruh.
Mereka juga turut andil dalam lomba panjat sosial, meski gagal namun tetap usil.
Aktivis tak mau kalah, berlomba menangkap belut, diantara para hakim yang sedang berlomba makan kue cubit.
Para wakilpun turut berlomba, memindahkan beban dari negara pada rakyatnya, agar mereka tangguh agar mereka tumbuh
Ini masih tentang lomba, lomba benteng-an aparatur hingga tengah malam dan permainan petak umpet asongan hingga temaram.
Semuanya berlomba, anak anak gigit koin sampai hitam, bapak ibu ambil koin diam diam.
Hukum tak lupa diperlombakan, bagai kelereng diatas sendok untuk bawahan dan bagai kerupuk yang digantung untuk atasan atau sepantaran.
Mari terus berlomba, meski kalah jangan pernah punah.
Cukup Sederhana
Merdekaku saat ini
Cukup sederhana
Sesederhana minum kopi
yang masih beraroma
Dan nikmat sekali
kala menyentuh lidah
Merdekaku saat ini
Cukup sederhana
Sesederhana hidung ini
Menghirup udara
lalu menghembuskannya lagi
tanpa sesak didada.
Merdekaku saat ini
Cukup sederhana
Sesederhana jemari ini
Merangkai kata indah
untuk para kekasih
Tanpa Innalillah
Merdekaku saat ini
Cukup sederhana
Sesederhana tangan ini
Menyentuh kertas berharga
Meski tipis sekali
cukup buatku bahagia
Merdekaku saat ini
Cukup sederhana
Sesederhana televisi
Siarkan kabar gembira
Bukan berita mati
atau pencuri uang negara
Merdekaku saat ini
Cukup sederhana
Sesederhana ibu pertiwi
Tersenyum pada mereka
yang peduli dan berbagi
Hanya dalam bingkai kamera